Khadijah tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat sehingga mendapat tempaan akhlak yang mulia, sifat yang tegas, penalaran yang tinggi, dan mampu menghindari hal-hal yang tidak terpuji sehingga kaumnya pada masa jahiliyyah menyebutnya dengan Ath Thahirah (wanita yang suci).
sebelumnya Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zararah Attamimi. Setelah Abu Halah meninggal, ia menikah dengan Utaiq bin Abid bin Abdullah bin Amr bin Makhzum. Lalu setelah itu ia menikah dengn Nabi Saw. saat berusia 40 tahun, 15 tahun lebih tua dari Rasulullah Saw.
Khadijah adalah orang pertama yang menyambut seruan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat semua orang mendustakan dan mengucilkan Beliau.
Khadijah telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa, dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan kaumnya dan ikut merasakan embargo yang dikenakan kepada keluarganya.
Pribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengikuti pendapat penduduk negerinya yang menganggap Muhammad sebagai orang yang telah merusak tatanan dan tradisi bangsanya. Oleh karena keteguhan hati dan keistiqamahannya dalam beriman inilah Allah berkenan menitipkan salam-Nya melalui malaikat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah baginya di surga.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu ia berkata,
" أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ، أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ، فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لاَ صَخَبَ فِيهِ، وَلاَ نَصَبَ "
“Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang membawa bejana berisi lauk pauk, makanan, atau minuman. Jika ia tiba, maka sampaikanlah salam dari Tuhannya, dan dariku, serta berikanlah kabar gembira kepadanya dengan rumah di surga dari permata; tidak ada kegaduhan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” (HR. Bukhari)
Tingginya keimanan Khadijah dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga Beliau sering menyebut-nyebut kebaikannya meskipun ia telah wafat. Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga Beliau menyebut kebaikan Khadijah dan memujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu. Maka aku berkata, “Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau?” Maka Beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian bersabda, “Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, menolongku dengan hartanya di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak kepadaku dan tidak dari istri yang lain.” Aisyah berkata, “Maka aku berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”
Khadijah wafat pada tahun ke-10 dari kenabian atau 3 tahun sebelum hijrah, dan pada tahun itu wafat pula paman Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Thalib, sehingga tahun wafatnya Khadijah dan Abu Thalib disebut ‘Amul Huzn (tahun kesedihan).
Sumber bacaan :
Aplikasi Kenalilah Islam - Khadijah Binti Khuwailid
Biografi 35 Sahabiyah Nabi, Syaikh Muhammad Al-Mishri
sebelumnya Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zararah Attamimi. Setelah Abu Halah meninggal, ia menikah dengan Utaiq bin Abid bin Abdullah bin Amr bin Makhzum. Lalu setelah itu ia menikah dengn Nabi Saw. saat berusia 40 tahun, 15 tahun lebih tua dari Rasulullah Saw.
Khadijah adalah orang pertama yang menyambut seruan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat semua orang mendustakan dan mengucilkan Beliau.
Khadijah telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa, dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan kaumnya dan ikut merasakan embargo yang dikenakan kepada keluarganya.
Pribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengikuti pendapat penduduk negerinya yang menganggap Muhammad sebagai orang yang telah merusak tatanan dan tradisi bangsanya. Oleh karena keteguhan hati dan keistiqamahannya dalam beriman inilah Allah berkenan menitipkan salam-Nya melalui malaikat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah baginya di surga.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu ia berkata,
" أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ، أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ، فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لاَ صَخَبَ فِيهِ، وَلاَ نَصَبَ "
“Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang membawa bejana berisi lauk pauk, makanan, atau minuman. Jika ia tiba, maka sampaikanlah salam dari Tuhannya, dan dariku, serta berikanlah kabar gembira kepadanya dengan rumah di surga dari permata; tidak ada kegaduhan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” (HR. Bukhari)
Tingginya keimanan Khadijah dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga Beliau sering menyebut-nyebut kebaikannya meskipun ia telah wafat. Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga Beliau menyebut kebaikan Khadijah dan memujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu. Maka aku berkata, “Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau?” Maka Beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian bersabda, “Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, menolongku dengan hartanya di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak kepadaku dan tidak dari istri yang lain.” Aisyah berkata, “Maka aku berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”
Khadijah wafat pada tahun ke-10 dari kenabian atau 3 tahun sebelum hijrah, dan pada tahun itu wafat pula paman Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Thalib, sehingga tahun wafatnya Khadijah dan Abu Thalib disebut ‘Amul Huzn (tahun kesedihan).
Sumber bacaan :
Aplikasi Kenalilah Islam - Khadijah Binti Khuwailid
Biografi 35 Sahabiyah Nabi, Syaikh Muhammad Al-Mishri
Comments
Post a Comment